Sunday, February 14, 2010

STOCKHOLM MODEL UN 2009 REPORT PPI SWEDIA


PENDAHULUAN

Stockholm Model United Nations (SMUN) merupakan konferensi yang diadakan setiap tahun berupa simulasi negosiasi yang berjalan dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB/ United Nations/UN) dan organisasi Internasional lainnya. Peserta SMUN adalah mahasiswa yang diseleksi melalui proses pendaftaran yang kompetitif. SMUN terlaksana berkat kerja sama antara Stockholm University, Stockholm School of Economics, Polke Bernadotte Academy, dan Riksbankens Jubileumsfond.

Konferensi Model United Nations, merupakan simulasi nyata kerja-kerja di badan PBB seperti Dewan Keamanan, atau organisasi internasional dan regional lainnya, seperti Uni Afrika dan WTO. Pada konferensi ini, peserta bermain peran sebagai diplomat yang berpartisipasi dalam simulasi sesi negosiasi tertentu, mewakili negara yang telah ditentukan.

Dalam MUN, peraturan dan prosedur sidang merupakan hal yang penting untuk memberikan peserta kesempatan untuk mempraktekkan pengetahuannya, sembari mempelajari cara kerja sistem internasional.

SMUN 2009 mengambil isu Afghanistan dan region sekitarnya sebagai isu bersama. Karena komunitas internasional sangat terlibat dalam konflik yang sedang berlangsung, demi menciptakan situasi yang stabil, aman dan damai. Adapun simulasi SMUN dibagi dalam tiga sesi sidang;

  1. Dewan Keamanan; Isu keamanan lintas batas di Afghanistan dan Pakistan. Peserta diharapkan untuk memperbaiki situasi Afghanistan dengan mempertimbangkan perspektif regional, dan membahas bagaimana dinamika regional bisa mempengaruhi dan berkontribusi pada stabilitas di Afghanistan.
  2. Dewan Ekonomi dan Sosial Budaya; Memperbaiki stabilitas internal melalui pembangunan sosial dan ekonomi. Peserta diharapkan untuk membangun dan memperbaiki ekonomi Afghanistan, serta membangun pertanian Afghanistan yang bebas dari Opium, sembari melawan korupsi dan memotong jalur keuangan Taliban.
  3. Komisi Status Perempuan; Memperbaiki kehidupan perempuan dan memperbaiki upaya pembangunan bangsa melalui partisipasi perempuan. Peserta diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraan perempuan di Afghanistan melalui kebijakan dibidang kesehatan dan pendidikan, sembari mendorong partisipasi perempuan dalam upaya pembangunan bangsa.

Adapun kami peserta dari PPI Swedia berada di dua komisi;

  1. Aditya Muharam (Turki) : Komisi Status Perempuan
  2. Devina Pramestuti (Maroko) dan Susetyo Priyojati (Kongo) : Komisi Ekonomi dan Sosial

Sedangkan Negara Indonesia di kedua komisi tersebut diwakili oleh mahasiswa/i dari negara lain.

PELAKSANAAN

Ada 160 peserta yang dibagi menjadi 80 kelompok yang tersebar dalam 3 komisi. Karena keterbatasan peserta tidak semua negara di Komisi Ekonomi dan Sosial serta Komisi Status Perempuan dapat terwakili.

Kami tiba di Paris pada hari yang berbeda. Aditya dan Susetyo tiba di Stockholm 11 November 2009 menggunakan kereta SJ Intercity. Sedangkan Devina tiba 12 November 2009 menggunakan kereta X2000. Berkat dukungan KBRI, kami menginap di Bredang Vendradhem (Youth Hostel) di wilayah Bredang.

2.1 Hari Pertama

Hari pertama diisi dengan registrasi peserta, upacara pembukaan dan ‘meet and greet’ peserta.

Upacara pembukaan dibuka pada pukul 19.00 di Aula Stockholm University, dengan sambutan dari Erik Malm, ketua panitia SMUN, dan Charlotte Isaksson, Senior Gender Advisor pada Angkatan Bersenjata Swedia. Sambutan mereka pada intinya menekankan, walaupun SMUN merupakan simulasi, peserta selayaknya mengerahkan kemampuan terbaiknya mengingat skenario diambil dari kisah yang nyata.

2.2 Hari Kedua

Hari kedua diisi dengan sosialisasi teknik dan prosedur sidang, ujicoba teknik dan prosedur sidang, serta Sesi negosiasi pertama. Adapun mayoritas aktivitas negosiasi berjalan di Geoveternas Hus, Stockholm University.

a.Sosialisasi teknik dan prosedur sidang

Prosedur sidang terinspirasi dari prosedur sidang Dewan Keamanan sebagaimana tertuang dalam Piagam PBB. Tentu saja dengan penyesuaian untuk mempermudah berjalannya persidangan di SMUN. Pada sesi ini istilah istilah prosedur sidang diperkenalkan, sebagai contoh; Point of personal privilege, point of information, point of order, Auxiliary representative, motions, unmoderated caucus, moderated caucus, quorum, roll call, working papers, draft resolutions.

b.Ujicoba teknik dan prosedur sidang

Pada ujicoba ini kami diberikan sebuah contoh kasus yang intinya perdebatan antara posisi Responsibility to Protect dengan Principle of Non-interference dalam menghadapi situasi kemanusiaan di suatu negara. Inti dari ujicoba ini adalah memperkenalkan peserta dengan praktek penggunaan istilah persidangan yang dijelaskan sebelumnya.

c.Sesi Negosiasi Pertama

Sesi negosiasi pertama dibuka dengan pidato pembukaan dari semua negara peserta sidang. Dari pidato pembukaan bisa terpetakan posisi masing masing peserta berkaitan dengan identifikasi masalah dan upaya menyelesaikan masalah tersebut. Misalnya pada Komisi Status Perempuan isu yang mencuat adalah pemberdayaan perempuan dalam politik, pendidikan, bantuan keuangan internasional, kredit usaha kecil, keamanan perempuan dan reformasi hukum pro kesetaraan gender. Sedangkan pada komisi Ekonomi dan Sosial, isu yang mengemuka adalah korupsi, keamanan untuk berusaha, lapangan pekerjaan, peran ILO dalam lapangan pekerjaan di Afghanistan, industri pertanian alternatif.

2.3 Hari Ketiga

Hari ketiga pada dasarnya merupakan sesi negosiasi penuh, yang terbagi dalam beberapa sesi.

a.Komisi Ekonomi dan Sosial

Dinamika di komisi ekonomi dan sosial berjalan lambat, perdebatan berlarut-larut terutama dalam isu seperti; kewenangan komisi ekonomi dan sosial, perlunya menyusun resolusi yang bersifat umum atau spesifik, pilihan isu-isu yang perlu dan tidak perlu diperhatikan. Hingga tengah hari telah beredar 5 working paper sebagai bahan diskusi lebih lanjut dalam menyusun draft resolusi. Faksionalisasi antar negara juga terpolarisasi dalam isu isu ini, walaupun pada akhirnya peserta membentuk komisi-komisi kecil untuk membahas isu keamanan, korupsi, lapangan pekerjaan, dan kebijakan sosial untuk selanjutnya disusun bersama dalam satu draft resolusi yang konsensual.

b.Komisi Status Perempuan

Dinamika di komisi status perempuan pada awalnya juga berjalan lambat, dimana banyak peserta mengajukan isu isu yang dianggap penting seperti perkosaan sebagai instrumen perang, hukum lokal baru yang dinilai merendahkan kedudukan perempuan, pendidikan dan makanan gratis, hingga kredit usaha kecil.. Faksionalisasi juga terjadi yaitu adanya tiga draft resolusi; usulan Jepang, Kaukus Afrika dan Kaukus Besar. Pada akhirnya peserta membagi diri dalam beberapa komisi yaitu keamanan, pendidikan, pembangunan bangsa, dan kesehatan. Komisi ini berupaya menggabungkan pandangan semua peserta dan menyusun draft yang bersifat konsensus

2.4 Hari Keempat

Hari keempat adalah hari terakhir dari sesi negosiasi, dan juga upacara penutupan.

a.Sesi negosiasi

Sesi negosiasi di Komisi Ekonomi dan Sosial berjalan sangat alot, peserta berulangkali meminta unmoderated caucus untuk membahas dan menyusun draft resolusi. Seiring menipisnya waktu, peserta pun mulai memiliki satu draft resolusi yang merupakan kombinasi dari pasal pasal dari berbagai draft resolusi yang ada. Pada penghujung hari satu draft resolusi berhasil dibuat, diperkenalkan dan disahkan, dengan catatan hanya satu negara menolak draft tersebut.

Sesi negosiasi di Komisi Status Perempuan juga berjalan lambat, karena ketiga draft resolusi yang sudah ada berusaha disatukan. Alhasil peserta melakukan unmoderated caucus di dalam ruang sidang untuk menggunakan infocus dalam membahas pasal pasal dalam draft resolusi. Setelah waktu berada di penghujung, satu draft disepakati dan disahkan dengan persetujuan semua negara.

b. Upacara Penutupan

Dalam upacara penutupan yang berlangsung di Juristernas Hus, Stockholm university, ini, para peserta, relawan, dan senior advisor memberikan kesan dan pesannya atas pelaksanaan SMUN 2009 yang berjalan sukses dan lancar. Kemudian SMUN 2009 secara resmi ditutup oleh Erik Malm, selaku ketua panitia SMUN 2009. Selain itu EuroMun 2009 juga mempromosikan eventnya yang akan segera bergulir, serta adanya reminder untuk turut terlibat dalam SMUN 2010.

III. PELAJARAN YANG DIPETIK

Dari acara SMUN 2009 ini kami mendapati beberapa hal yang bisa dijadikan pelajaran secara individu ataupun secara kolektif, untuk penyelenggaraan ke depan, misalnya jika PPI Swedia mengadakan acara serupa, ataupun pelajaran yang bisa diambil selama kita berpartisipasi dalam SMUN secara umum.

1. Persiapan panitia dalam menyelenggarakan acara ini baik dari format, sosialisasi, penyusunan scenario, teknis logistik, dsb cukup baik. Walaupun gaung acara ini memang tidak terdengar karena minimnya perangkat sosialisasi seperti flyer, umbul-umbul ataupun poster.

2. Upaya panitia untuk menyelenggarakan pre-conference lecture dan penyusunan scenario handbook, sangat membantu peserta dalam memberikan pemahaman awal mengenai peristiwa yang terjadi di Afghanistan.

3. Panitia menetapkan teknis dan prosedur sidang dan tidak menyerahkannya pada panitia, dengan ini peserta tidak membuang waktu untuk membahas teknis sidang dan prosedur.

4. Istilah teknis dan prosedur sidang, pilihan kata yang santun, negosiasi dan public speaking, problem solving, dan teknik mencari konsensus adalah teknik-teknik yang perlu dipelajari terlebih dahulu untuk menambah kepercayaan diri dalam menghadapi peserta lain.

5. Acara SMUN ini juga bermanfaat untuk jejaring ke depan baik bagi individu maupun secara kolektif.

IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

SMUN 2009 merupakan kegiatan yang bermanfaat untuk melatih skill diplomasi, negosiasi dan memahami prosedur sidang internasional, dan melebarkan jejaring sosial kita.

4.2. Saran

Ada beberapa hal yang dapat ditingkatkan untuk SMUN 2009 selanjutnya, yaitu:

1. Panitia sebaiknya mempersiapkan logistik sosialisasi lebih awal agar nuansa acara terasa lebih besar.

2. Diperlukan teknik untuk penghematan penggunaan kertas dan sumber daya lainnya, mengingat working paper, draft resolusi, dan pidato peserta banyak menggunakan kertas.

3. Panitia perlu menginformasikan contoh-contoh praktek dalam strategi-strategi sidang. Terutama strategi informal, penguasaan forum, atau penggiringan opini.


----------------------------

Laporan ini disusun untuk pertanggungjawaban support dari KBRI via PPI Swedia.


No comments:

Post a Comment